Sunday, March 13, 2016

ini dia jawaban dari pertanyaan : siapa pemimpin tahlil rasul dan imam syafii ketika wafat.


beberapa waktu yang lalu beredar foto yang seolah-olah ingin menyerang oarang yang bertahlilan. dengan pertanyaan ingin menjebak. siapa yang mimpin tahlilan ketika rasulullah dan imam syafii wafat?. agaknya si penanya yakin betul bahwa pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab. karena yang bertana yakin bahwa tidak ada ibadah tahlilan saat itu. sehingga ingin menggiring bahwa tahlilan adalah sesat. karena tak diajarkan. bahkan sang penanya bersumpah akan berguru kepada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut.
tapi siapa sangka?. ternyata pertanyaa tersebut ada jawabannya. jawaban tersebut di sampaikan oleh Jefri Nofendi, yang di sebarkan di jejaring facebook.
berikut jawbannya :
@ Jawaban Dari Aswaja @
Postingan Hadis Shahih ( Situs Salafi Wahabi )
By Jefri Nofendi
++++++++++++++++++++++++++++
Assalamu'alaikum
Kemarin kemarin salafi wahabi banyak heboh mengupload gambar yang saya lampirkan , seolah olah mereka ada di jalan yang benar dan menganggap bagi yang tak mampu menjawabnya dianggap tidak memahami ISLAM menurut mereka, smile emotikon
isi gambar itu adalah :
===========================
bismillah ....
afwan ... saya mau bertanya ...
1. siapakah yang memimpin tahlilan pada saat RASULULLAHU SAW wafat ?
2. siapakah yang memimpin tahlilan pada saat imam syafi'i wafat ?
nb : Demi Allahu , kalau ada yang bisa jawab pertanyaan saya maka saya akan belajar ISLAM kepada yang bisa menjawabnya.
===========================
baiklah smile emotikon saya jefri nofendi akan menjawabnya dan sesuai kesepakatan dalam catatan kecil (nb) maka bila pertanyaan itu mampu dijawab maka seluruh kaum salafiwahabi bersedia belajar ISLAM dengan saya , smile emotikon ,
jawaban soal 1 : tidak ada yang memimpin tahlilan saat NABI MUHAMMAD SAW wafat, alasannya karena NABI MUHAMMAD SAW adalah maksum dan beliau sudah dijamin dengan rahmat ALLAHU SWT masuk surga, smile emotikon , kalau saat RASULLLAH SAW wafat diadakan tahlilan itu artinya menganggap dan menuduh NABI tidak maksum, smile emotikon , tahlilan hanya berlaku bagi mereka yang tidak maksum dan tidak mendapat jaminan rahmat masuk SURGA, smile emotikon , karena RASULULLAH SAW adalah maksum maka tidak ada tahlilan untuk beliau karena tidak ada tahlilan maka tidak ada seorangpun yang memimpin tahlilan.
2. yang memimpin tahlilan ketika imam syafi'i wafat adalah seorang wali (penguasa) yang bernama
Muhammad bin as-Suri bin al-Hakam , muhammad bin as-suri bin al-hakam adalah seseorang yang diwasiatkan oleh imam syafi'i, apabila beliau wafat agar dimandikan dan diurus oleh muhammad bin as-suri bin al hakam , dari memandikan, memimpin sholat jenazah, menguburkan, mendo'akan serta tahlilan bersama jama'ah yang lain yang hadir saat imam syafi'i wafat, ... kisah detik detik wafatnya imam syafi'i dan wasiatnya tertulis dalam tarikh sejarah, dan bahkan wikipedia juga ada kok menuliskan ini berikut cuplikan kisah wafatnya imam syafi'i :
-------------------------------------------------------
Pada suatu hari, Imam Syafi'i terkena wasir, dan tetap begitu hingga terkadang jika ia naik kendaraan darahnya mengalir mengenai celananya bahkan mengenai pelana dan kaus kakinya. Wasir ini benar-benar menyiksanya selama hampir empat tahun, ia menanggung sakit demi ijtihadnya yang baru di Mesir, menghasilkan empat ribu lembar. Selain itu ia terus mengajar, meneliti dialog serta mengkaji baik siang maupun malam.
Pada suatu hari muridnya Al-Muzani masuk menghadap dan berkata, "Bagamana kondisi Anda wahai guru?" Imam Syafi'i menjawab, "Aku telah siap meninggalkan dunia, meninggalkan para saudara dan teman, mulai meneguk minuman kematian, kepada Allah dzikir terus terucap. Sungguh, Demi Allah, aku tak tahu apakah jiwaku akan berjalan menuju surga sehingga perlu aku ucapkan selamat, atau sedang menuju neraka sehingga aku harus berkabung?".
Setelah itu, dia melihat di sekelilingnya seraya berkata kepada mereka, "Jika aku meninggal, pergilah kalian kepada wali (penguasa), dan mintalah kepadanya agar mau memandikanku," lalu sepupunya berkata, "Kami akan turun sebentar untuk salat." Imam menjawab, "Pergilah dan setelah itu duduklah disini menunggu keluarnya ruhku." Setelah sepupu dan murid-muridnya salat, sang Imam bertanya, "Apakah engkau sudah salat?" lalu mereka menjawab, "Sudah", lalu ia minta segelas air, pada saat itu sedang musim dingin, mereka berkata, "Biar kami campur dengan air hangat," ia berkata, "Jangan, sebaiknya dengan air safarjal". Setelah itu ia wafat. Imam Syafi'i wafat pada malam Jum'at menjelang subuh pada hari terakhir bulan Rajab tahun 204 Hijriyyah atau tahun 809 Miladiyyah pada usia 52 tahun.
Tidak lama setelah kabar kematiannya tersebar di Mesir hingga kesedihan dan duka melanda seluruh warga, mereka semua keluar dari rumah ingin membawa jenazah di atas pundak, karena dahsyatnya kesedihan yang menempa mereka. Tidak ada perkataan yang terucap saat itu selain permohonan rahmat dan ridha untuk yang telah pergi.
Sejumlah ulama pergi menemui wali Mesir yaitu Muhammad bin as-Suri bin al-Hakam, memintanya datang ke rumah duka untuk memandikan Imam sesuai dengan wasiatnya. Ia berkata kepada mereka, "Apakah Imam meninggalkan hutang?", "Benar!" jawab mereka serempak. Lalu wali Mesir memerintahkan untuk melunasi hutang-hutang Imam seluruhnya. Setelah itu wali Mesir memandikan jasad sang Imam.
Jenazah Imam Syafi'i diangkat dari rumahnya, melewati jalan al-Fusthath dan pasarnya hingga sampai ke daerah Darbi as-Siba, sekarang jalan Sayyidah an-Nafisah. Dan, Sayyidah Nafisah meminta untuk memasukkan jenazah Imam ke rumahnya, setelah jenazah dimasukkan, dia turun ke halaman rumah kemudian salat jenazah, dan berkata, "Semoga Allah merahmati asy-Syafi'i, sungguh ia benar-benar berwudhu dengan baik."
Jenazah kemudian dibawa, sampai ke tanah anak-anak Ibnu Abdi al-Hakam, disanalah ia dikuburkan, yang kemudian terkenal dengan Turbah asy-Syafi'i sampai hari ini, dan disana pula dibangun sebuan masjid yang diberi nama Masjid asy-Syafi'i. Penduduk Mesir terus menerus menziarahi makam sang Imam sampai 40 hari 40 malam, setiap penziarah tak mudah dapat sampai ke makamnya karena banyaknya peziarah.
jawaban yang sangat ilmiah tersebut berhasil menutup mulut para pembenci tahlil. bahkan sekarang mereka tak bisa apa-apa. si penanyapun kini sedang di tagih sumpahnyauntuk belajar kepada sang penjawab. dalam lanjutan jawaban tersebut bahkan sang penanya diminta memenuhi sumpahnya :
-------------------------------------------------------
nah saya sudah menjawabnya dengan penjelasan yang disertai bukti dan argumen, sesuai kesepakatan harap kaum salafiwahabi yang mengupload gambar tersebur segera belajar ISLAM dengan saya/Jefri Nofendi, dan bila kalian ingin belajar ISLAM dengan saya harap kalian di hadapan saya mengucap kembali 2 kalimah syahadat , smile emotikon
tapi kalau kalian salafiwahabi enggan dan mengingkari kesepakatan , silakan jilat lagi ludah kalian kembali yang mengatasnamakan sumpah "Demi
allaah" ,
"BERSUMPAH PALSU ADALAH DOSA BESAR YANG PELAKUNYA SUDAH PASTI DIGANJAR MASUK NERAKA KECUALI DIRINYA BERTOBAT !!! "
tertanda
Jefri Nofendi
ASWAJA Bidang IT
NB : silakan copas dan share seluas luasnya bagi teman teman yang lain bila dikirimkan gambar tersebut atau dihadapkan pertanyaan seperti gambar tersebut .... buat kaum salafiwahabi yang tidak merasa gengsi mengupload gambar tersebut saya tunggu keberaniannya untuk bersedia belajar ISLAM dengan saya sendiri, 

👳

Saturday, January 9, 2016

AHOK, RIDWAN KAMIL & RISMA


Partai politik di Indonesia ini lucu.
Mereka mirip produser lagu. Ketika musimnya lagu dangdut, ramai-ramai produksi dangdut. Ketika lagi nge-hits pop melayu, semua lagu di Indonesia nuansanya sama. Gada kreatif2nya, nebeng situasi doang. Ga punya alternatif yang mencuri perhatian.
Memperebutkan kursi Gubernur DKI Jakarta dengan menandingkan Ridwan Kamil, Ahok dan Risma sebenarnya adalah kegagapan partai politik dalam menghadapi perubahan pola pikir masyarakat yang semakin kritis dan menuntut.
Mereka sungguh krisis kader yang bagus, jujur apalagi bersih di internal partainya. Lihat saja Ahok, Ridwan Kamil dan Risma sesungguhnya bukan kader partai yg dipersiapkan. Mereka adalah orang2 independen yang menggunakan jalur partai sebagai kendaraannya, entah mereka melamar atau dilamar.
Ridwan Kamil dengan tegas menyatakan bahwa dia bukan kader Gerindra dan PKS. Dia hanya "didukung" oleh mereka. Sedangkan bu Risma adalah seorang birokrat yang dilamar PDI-P untuk menjadi wakil kadernya, Bambang DH.
Ahok juga sama, ia dulu menjadi wakil Golkar di parlemen daerahnya dan diusung Gerindra untuk menjadi wagub mendampingi Jokowi.
Jadi, kemana kader asli partai2 itu ? Dimana mereka ketika bermunculan potensi2 muda untuk memimpin dengan benar ? Mereka sulit muncul, karena tidak mendapat peluang di internal partai. Atau memang partai tidak mampu menggodok calon pemimpin berkualitas. Atau memang mereka yang calon itu akhirnya ber-adaptasi menjadi oportunis dan pragmatis karena kondisi di internal yg penuh intrik, uang, dan kedekatan. Harus jadi penjilat dulu supaya bisa naik pangkat.
Inilah kegagalan sesungguhnya dari partai2 itu. Itulah juga mengapa rakyat lebih cenderung memilih sosok daripada melihat siapa partai pendukungnya. Karena sejatinya, rakyat sudah muak dengan yang namanya "partai", apapun namanya.
Berebut ketiga sosok berpengaruh itu dan menandingkannya dalam satu ring, adalah bukti gagap berjamaah. Panik dan tidak siap dengan lawan tanding yg memadai, sehingga harus main comot. Dikira Indonesia ini cuman Jakarta aja apa ?
Biarkan Ridwan Kamil di Bandung, atau posisikan dia di Jabar. Begitu juga bu Risma. Ahok masih layak memimpin Jakarta. Posisikan semua pada tempatnya.
Bu Risma di Jakarta akan sulit bertahan karena Jakarta bukan Surabaya. Disana musuhnya bukan serigala, tapi T-Rex. Taring dan rahangnya besar2. Ridwan Kamil adalah elang di Bandung, tapi di Jakarta dia bisa jadi lalapan. Memang cuman Ahok yang bisa jadi Tarzan disana, dengan cangcut daun bergelantungan dan membabat para predator2 yang ganas.
Koh Ahok, tetaplah menjadi calon independen. Berikan kami pelajaran bahwa semua orang yang jujur dan didukung rakyat bisa menjadi pejabat. Jangan mau disetir2 dan dinego partai. Mereka itu ingin memanfaatkan namamu, bukan engkau yang butuh mereka. Jika engkau menang, tentu akan menjadi inspirasi bagi calon2 muda yang sedang dalam pertumbuhan.
Jakarta itu cuman pertarungan gengsi aja. Mbok ya perhatikan adhyaksa dault, sandiaga uno, fadli zon dan tantowi yahya. Mereka semangat lho. Masa gada yang mau berebut mereka ? Mereka mau juga direbut2... Mungkin dalam hati mereka berteriak2 histeris, "Renggut aku mas... Renggut akyuuu.."
Diantara mereka pasti ada yang gemas sambil menggigit2 bantal ungu.
dennysiregar.com

Friday, January 8, 2016

manusia-manusia symbol


Seorang teman heran, kenapa orang2 disekelilingnya yang secara pendidikan sangat bagus, lulusan universitas negeri ternama, pekerjaan mapan, mendadak dalam pemahaman agama menjadi bodoh dan cenderung radikal ?
Saya sudah tidak heran, karena sudah mengamati sejak lama fenomena itu.
Pada dasarnya, banyak orang yang mengukur orang lain dengan simbol2. Mereka yang duniawi mengukur simbol kesuksesan dengan hartanya. Mereka bergaul dalam level kesuksesan yg setara. Kalau ada yg lebih sukses ia merasa rendah diri, kalau dia melihat orang yg kurang sukses, mencemooh.
Begitu juga dikalangan ilmuwan atau profesional. Gelar2 pendidikan adalah simbol2, sebuah ukuran. Mereka kadang memanggil seseorang dgn gelarnya demi menghormati simbolnya. Saya pernah berada dalam satu ruangan yang semuanya dokter dan mereka semua saling memanggil dengan nama sama, yaitu "dok.." Hanya saya sendirian yang bukan "dok.." Mungkin mereka menganggap saya si "pret.."
Ketika seseorang terbiasa memuja simbol duniawi, maka ia juga akan memuja simbol2 akhirat. Ia akan rendah diri berhadapan dengan seorang yg bergelar "ustad" ataupun "ulama". Apalagi ketika ustad atau ulama itu direkomendasi oleh rekannya yang bertitel tinggi dan lebih mapan dalam kerjaan, yang pasti lebih sukses secara harta.
Mereka yang terbiasa dengan simbol duniawi, akan langsung merasa bodoh dalam keagamaan ketika berhadapan dgn orang yg dia anggap lebih paham tentang akhirat. Akhirnya ia mencontoh apa saja yg dipakai orang itu dan mengikuti apa saja yang dikatakan orang itu.
Dan menariknya lagi, ketika ia bertemu dengan orang yg "belum agamis" seperti dirinya, ia cenderung menilai dan mengukur dirinya lebih tinggi. Karena itu lidahnya dgn mudah mengatakan kafir, sesat, musyrik dan lain2.
Begitulah hakikatnya para pemuja simbol. Ia tidak mampu melihat kedalaman ilmu seseorang, karena ia selalu melihat ketinggian ilmu seseorang. Semakin ia merasa ikut tinggi, maka ia akan memandang rendah sesuatu yg dibawahnya. Berbeda dengan orang yang berada di kedalaman, mereka akan lebih senang menyelam lebih dalam karena ia sebenarnya adalah pencari mutiara.
Akar kebodohan mereka yang merasa tinggi itu sebenarnya ada di sifat Tuhan yang dipakai iblis, yaitu sombong. Sifat sombong iblis-lah yang membuatnya merasa paling dekat kepada Tuhan, sehingga ia tidak mau menunduk dihadapan Nabi Adam as.
Dan karena seseorang itu memakai pakaian sombong, maka Tuhan murka. Dihilangkanlah nikmat akalnya. "Ketika Allah hendak menghilangkan nikmat dari seseorang, maka yang nikmat pertama kali akan dihilangkan adalah akalnya" begitulah kata Imam Ali as.
Menarik, kan ?
Lalu bagaimana supaya kita tidak menjadi sombong, baik dalam sikap kita di dunia maupun terhadap ilmu akhirat ?
Kunci jawabannya kembali saya dapatkan melalui petuah Imam Ali as. "Ampunilah mereka yang toleran, karena Allah yang akan mengangkatnya dari kesalahan."
Toleran adalah sikap yang berasal dari hati dan menjadikan seseorang rendah hati, jadi bukan klaim di mulut dengan hati yang tinggi. Semakin toleran seseorang, maka semakin ia merendah pada orang lain. Itulah ahlak.
Sudah malam, secangkir kopi terakhir sudah tinggal ampasnya.
Jadi, tolonglah bersikap toleran ketika saya bicara tentang bantal Hello Kitty. Jangan tertawakan saya, saya tahu anda tertawa2 sambil memeluk guling Snoopy.

anda islam?


"Anda Islam ?"
Tanya seseorang di inboks-ku. Saya balik nanya, "Kalau anda ?"
"Saya Islam.."
"Darimana anda tahu anda Islam ?"
"Karena saya bersyahadat, maka saya Islam.."
"Bagaimana kalau seorang musuh berpura2 bersyahadat dan anda menganggap dia Islam, kemudian dia menikam anda dari belakang ?"
"Islam gak mungkin begitu, sesama muslim itu bersaudara.."
"Bagaimana anda tahu kalau dia muslim ?"
"Anda itu ditanya berbelit. Pantas saja... Anda itu syiah. Syiah bukan Islam !"
Dan begitulah yang terjadi berkali2.
Sebuah klaim, sebuah penghakiman, sebuah kebanggaan diri terhadap simbol tanpa mempunyai pengetahuan yang dalam. Saya biasanya suka senyum sambil menyeruput kopi membayangkan virus kebodohan yang melanda banyak umat yang bangga dengan kata "Islam".
Imam Ali as :
"Saya akan mendefinisikan Islam pada sisi yang belum pernah ada orang yang mendefinisikannya:
Islam adalah penyerahan, penyerahan adalah keyakinan, keyakinan adalah pengukuhan, pengukuhan adalah pengakuan, pengakuan adalah pelaksanaan (kewajiban), dan pelaksanaan kewajiban adalah AMAL..."

BUNDA THERESA


Dalam kehidupan dunia yang begitu menggoda, sedikit sekali manusia yang mampu menemukan dirinya.
Dari yang sedikit itu, salah satunya adalah bunda Theresa. Bunda Theresa adalah seorang yang berkebangsaan Albania. Sejak usia 8 tahun ia sudah ditinggal mati ayahnya.
Ketika mengajar di India, dirinya "terganggu" oleh penderitaan disekelilingnya. Ia menghadapi kemiskinan, kelaparan, kematian dan kekerasan akibat bentrokan berdarah Hindu dan Muslim di Benggala. Dalam perjalanan ke Kalkuta, ia goyah ketika mendengar kata "saya haus.." dari seorang miskin di hadapannya.
Maka keluarlah ia dari zona nyamannya di Kesusteran Loreto, dan ia sepenuhnya membaktikan diri untuk melayani "orang2 termiskin dari kaum miskin".
Perjuangannya sangat berat diluar ukuran manusia biasa. Ia juga jatuh miskin dan kelaparan, dan sulit mencari tempat tinggal yg layak. Di saat yang sama pikirannya tergoda utk kembali ke kesusteran. Guncangan dalam jiwanya ia tuliskan dalam buku hariannya.
“Tuhan ingin saya masuk dalam kemelaratan. Hari ini saya mendapat pelajaran yang baik. Kemelaratan para orang miskin pastilah sangat keras.
Ketika saya mencari tempat tinggal, saya berjalan dan terus berjalan sampai lengan dan kaki saya sakit. Saya bayangkan bagaimana mereka sakit jiwa dan raga, mencari tempat tinggal, makanan dan kesehatan.
Kemudian kenikmatan Loreto datang pada saya. ‘Kamu hanya perlu mengatakan dan semuanya akan menjadi milikmu lagi,’ kata sang penggoda...
Sebuah pilihan bebas, Tuhanku, cintaku untukmu, aku ingin tetap bertahan dan melakukan segala keinginan-Mu merupakan kehormatan bagiku. Aku tidak akan membiarkan satu tetes air mata jatuh karenanya.”
Ia memilih meninggalkan kenyamanan duniawi dan menggapai nilai spiritual tertinggi dalam hidupnya yaitu melayani manusia, tanpa memandang apapun agamanya.
Ia menjadi "malaikat yang diturunkan Tuhan" bagi orang2 miskin disekitarnya. Seorang muslim di India bercerita bahwa "kemanusiaan adalah agama terbesar manusia dan ia mewakili itu." Seorang beragama Hindu mengatakan, "setelah menjadi orang Kudus ( gelar yang akan diberikan kepada bunda Theresa ), ia sekarang seperti dewa Hindu bagi saya." Ia merebut cinta di dada rakyat India.
Kemuliaan bunda Theresa terletak pada hilangnya nafsu dunianya dan dipersembahkannya pada orang2 miskin. Ia mengumpulkan amal-amal yg berserakan disekitarnya, dan membungkusnya menjadi "baju yang indah" yang akan dipakainya saat bertemu Tuhannya.
Egonya luruh ditangan2 kurus yang menggapai meminta makan. Airmatanya runtuh melihat bayi2 hidup tanpa susu ditinggal mati ibunya. Ia seperti mempunyai sayap di belakang punggungnya, terbang kesana kemari melayani kaum papa, para utusan Tuhan.
Almarhum Ayatullah Khomeini seorang ulama besar pernah berkata, "Menjadi ulama itu mudah. Paling sulit itu menjadi manusia.." Dan bunda Theresa secara utuh memfungsikan dirinya. Ia menemukan Tuhan dan dirinya dalam seluruh kehidupannya.
Bunda Theresa adalah seorang santa bagi umat Katolik, dan ia adalah seorang manusia bagi saya. Karena pada dasarnya manusia itu suci, duniawilah yang menjadikan kita separuh binatang.
Bunda Theresa adalah secangkir kopi, dimana ia mampu memberikan rasa manis pada kepahitan hidup manusia miskin di sekitarnya.
Pantas saja ia dianggap Santa. Ia memang layak untuk itu. Membayangkan apa yang diakukannya, serasa kerdil semua kesombongan yang ada di dalam dada. Tuhan memberkatimu, wahai Santa Theresa.